Kabar SUMUT– Harga karet di tingkat petani semakin terpuruk. Kondisi ini tidak lain
dipengaruhi oleh anjloknya harga karet di pasar internasional. Di beberapa
sentra produksi karet, harga jual dari petani hanya Rp6 ribu per kilogram (kg).
S Sinaga, petani karet di Huta Sihobon, Nagori Dolok
Parmonangan, Kecamatan Dolok Panribuan, mengatakan, harga jual karet yang
terbentuk saat ini sudah sangat tidak ideal bagi petani. “Ini sudah awal tahun
2015, harga karet terus merosot. Kondisi ini menyebabkan petani makin terpuruk.
Kalau tahun 2013, harga karet masih berada di angka Rp15 ribu per kg,” kata
pria berkulit sawo matang itu ditemui di kebun karet miliknya, Sabtu (24/1).
Merosotnya harga karet ini membuat buruh penyadap karet
merubah haluan. Meski tidak merinci, menurut petani telah banyak penyadap karet
yang meninggalkan matapencaharian menjadi buruh bangunan atau bekerja
serabutan. Namun, bagi buruh sadap yang masih bertahan mereka akan lebih
mempersering waktu sadap.
Sinaga bilang, bila saat harga normal petani karet melakukan
sadap pohon sekali dalam sehari, namun dengan rendahnya harga tersebut mereka
akan menyadap hingga dua kali dalam sehari. “Harga anjlok, secara kuantitas
meningkat mengejar pendapatan,” katanya.
Melihat kondisi ini, Sinaga mengaku tidak dapat berbuat
banyak. Pasalnya, selama ini pemerintah tidak memberikan insenti kepada para
petani ketika harga karet terjerembab. Hal tersebut bertolak belakang dengan
kondisi di negara produsen karet lain seperti Thailand. Komoditas karet yang
ditanam di dalam negeri mayoritas atau lebih dari 80 persen dimiliki petani
rakyat. Sudah sewajarnya, pemerintah berperan aktif menjaga kemakmurannya.
“Perlahan, tanaman karet akan hilang diganti dengan
tanaman lain. Pasalnya, harga karet yang terus berada di angka Rp5-6 ribu per
kg membuat petani tak sanggup memenuhi kebutuhan sehari-hari. ini yang harus
disikapi pemerintah. Tolong bantu sejahterakan petani,” harap pria bertubuh
tambun ini.
Menurut dia, harga yang pantas di tingkat petani
setidaknya Rp10.000-Rp12.000 per kg. Pemerintah juga seharusnya bisa menarik
investor untuk membangun pabrik ban maupun industri yang berbahan baku karet
untuk melayani pembelian karet dalam negeri.
“Sebagai petani karet, kami berharap Indonesia jangan
hanya menjual produk setengah jadi ke negara luar yang membutuhkan karet,
tetapi bisa menjual industri jadi berbahan baku karet untuk menyelamatkan
petani karet,” imbaunya.
Harapan serupa disampaikan Jones, petani lainnya. “Yang
pasti turunnya harga karet di tingkat petani dan pengumpul, karena harga di
pabrik juga turun,” ucapnya.
Ditambahkan Rikardo Simanjuntak, petani lainnya.
Menurutnya, penurunan harga karet mentah yang cukup drastis membuat petani
khawatir. Sebab, sebagian besar para petani sangat menggantungkan hidupnya pada
tanaman ini. Selain itu, rendahnya harga karet mentah dinilai tidak sebanding
dengan upaya kerja dari petani.
(rah/des)
0 komentar:
Posting Komentar